Selasa, 01 April 2014

Balada Pemilu ^_^

Kaliini saya dibikin kesel sama partisipan dari Partai X dan caleg X no. urut sekian Dapil 2 kab. Lebak. Apa pasal? Mereka udah seenak udel kampanye didepan rumah (ortu) saya. Kalo kampanye seperti biasamah gak kenapa-kenapa lah ini, mereka dengan tanpa dosa majang  bendera partai sama photo caleg di pohon depan rumah. Oke saya ulangi lagi, di pohon.

Sekeren apapun photo dia saya gak bakalan milih dia ya biar kata dia tuh tetangga apalagi setelah menjadikan pohon sebagai sarana kampanye bukannya saya makin tertarik malahan makin enggak sama sekali. Dan saya secara sadar dan tanpa paksaan gak bakalan milih mereka, para caleg yang kampanye di pohon. Kalo perlu saya Golput aja deh, kayak waktu pas pemilu Bupati dan Wakil Bupati, biar kata tuh pemilunya diulang dan saya jadi anggota KPPS tetep aja saya Golput. Buat saya siapapun pemimpinya kalo sistemnya masih sama gak akan ada bedanya. Tapi ngomong-ngomomg pada tau kagak nih Golput apaan? Nah kalo gak tau sini saya kasih tau.

Golput (golongan putih) adalah salah satu bentuk perlawanan terhadap praktik politik dari orang-orang yang kecewa terhadap penyelenggaraan negara dengan cara tidak memilih partai atau legislator (dalam pemilu legislatif) atau Presiden (dalam pemilu Presiden). (kompasiana.com)
Kalo menurut Wikipedia Indonesia golput tuh gini nih.
Golput atau Golongan putih  adalah gerakan protes dari para mahasiswa dan pemuda untuk memprotes pelaksanaan Pemilu 1971 yang merupakan Pemilu pertama di era Orde Baru. Pesertanya 10 partai politik, jauh lebih sedikit daripada Pemilu 1955 yang diikuti 172 partai politik. Tokoh yang terkenal memimpin gerakan ini adalah Arief Budiman. Sepanjang Orde Baru,ia dianggap pembangkang dan sulit mendapatkan pekerjaan walau ia doktor lulusan Harvard dan dosen di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga serta Universitas Melbourne. Namun, pencetus istilah “Golput” ini sendiri adalah Imam Waluyo. Dipakai istilah “putih” karena gerakan ini menganjurkan agar mencoblos bagian putih di kertas atau surat suara. Di luar gambar parpol peserta Pemilu bagi yang datang ke bilik suara. Namun, kala itu, jarang ada yang berani tidak datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) karena akan ditandai. Maklum, baru saja Orba selesai melakukan konsolidasi dengan melibas habis bukan saja pendukung PKI tapi rezim Orde Lama & Soekarnois. Pemilu 1971 adalah sarana bagi rezim Orde Baru untuk memantapkan kekuasaannya.
Golongan putih (golput) pada dasarnya adalah sebuah gerakan moral yang dicetuskan pada 3 Juni 1971 di Balai Budaya Jakarta, sebulan sebelum hari pemungutan suara pada pemilu pertama di era Orde Baru dilaksanakan. Arief Budiman sebagai salah seorang eksponen Golput berpendapat bahwa gerakan tersebut bukan untuk mencapai kemenangan politik, tetapi lebih untuk melahirkan tradisi dimana ada jaminan perbedaan pendapat dengan penguasa dalam situasi apa pun. Menurut kelompok ini, dengan atau tanpa pemilu, kekuatan efektif yang banyak menentukan nasib negara ke depan adalah ABRI. Kebanyakan tokoh pencetus Golput adalah “Angkatan ‘66”, walaupun sebagian tokoh “Angkatan ‘66” diakomodasi Orba dalam sistem. Mereka ada yg menjadi anggota DPR-GR, bahkan Menteri. Namun, yg tetap kritis melawan rezim baru yg dianggap mengingkari janji itu. Pencetusan gerakan itu disambung dengan penempelan pamflet kampanye yang menyatakan tidak akan turut dalam pemilu. Tanda gambarnya segi lima dengan dasar warna putih, kampanye tersebut langsung mendapat respon dari aparat penguasa. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Tapi, berhubung saya jadi anggota KPPS saya ngajak semuanya buat datang ke TPS untuk berpartisipasi di pesta democrazykrasi pada hari rabu tanggal 9 April 2014. Pilih yang sesuai dengan hati nurani, jangan dengerin bisik tetangga kanan kiri, pilih pemimpin yang amanah yang siapa tau setelah mereka jadi nanti bakal inget sama janji-janjinya pas kampanye, dan kalo bisa jangan pilih mereka yang kampanye di pohon. Hehehe.



@kichigai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar