Kamis, 13 Maret 2014

ISLAMIC BOOK FAIR 2014

Udah ampir seminggu tapi baru sempet ngepost sepenggal cerita tentang sebuah keinginan yang keterlaluan dan acara yang luar biasa hebat yang sayang sekali untuk dilewatkan begitu saja. Ini tentang  hari terakhir IBF 2014. Dan saya akan bercerita tentang itu. Tentang hal tak penting yang akan tetap tak akan menjadi penting meski buat saya itu adalah sesuatu yang sangat hebat. Abaikanlah.





Pagi dengan hujan di kota Hujan
Subhanallah, apakah ini yang dinamakan keinginan? Ya. Keiginan yang sangat besar terhadap sesuatu, keinginan yang telah direncanakan dan ditata sedemikian rapi dari jauh-jauh hari agar terlaksana dan dengan izin Alloh, pemilik semesta raya keinginan itu dapat terwujud dan terlaksana meski jalannya tak seperti rencana tapi setidaknya ini adalah satu dari sekian banyaknya bukti cinta Alloh pada saya. Keinginan itu mungkin bagi sebagian orang dianggap sepele tapi bagi saya itu adalah sesuatu yang sangat saya tunggu-tunggu. Keinginan itu adalah mengunjungi hari terakhir Islamic Book Fair 2014 di istora senayan, GBK. Hehehe.

Jika manusia hanya mampu berencana maka Tuhanlah yang memiliki ketetapan yang pasti. Pagi itu Ahad 09 Maret 2014 tepat hari terakhir Islamic Book Fair 2014 saya berencana berangkat pagi dari kota hujan tempat kediaman teteh, setelah sehari sebelumnya saya diributkan oleh masalah tak penting yang memaksa saya untuk berada disana. Sepagian itu gerimis manis tak kunjung reda dari selepas subuh, entah hanya di sekitaran tempat tinggal teteh saya atau seluruh kota hujan. Entahlah. Maka perjalanan ke IBF pun terpaksa saya tunda satu jam dari rencana semula, tapi karna saya kepalang tak sabar maka bersama ponakan yang baik hati saya berangkat ke terminal setelah sebelumnya mengeluarkan jurus jitu merayu memaksa minta anter.
Hujan bukan penghalang untuk menumbangkan keinginan yang telah saya pupuk lama. Hujan bukan pula alasan untuk menunda melakukan hal-hal yang bermanfaat. Hujan itu anugrah. Kenapa mesti dikambing hitamkan? Apa karena dia selalu datang keroyokan? J

Kawan, sesuatu itu masih saya sebut Janji

Pagi sebelum berangkat hp saya berbunyi pertanda ada sms masuk. Ya. Sms dari seorang kawan yang memberi kabar bahwa dia tak bisa datang ke IBF seperti kesepakatan jauh-jauh hari lalu. Ada urusan yang lebih penting dari sekedar mengunjungi pameran buku mungkin. Biarlah.

Sebagai manusia yang mencoba normal rasa kecewa itu sedikit ada tapi mau apalagi toh dia sudah bilang tak bisa datang karna ada hal lain. Oke tak apa. masih ada kawan lain yang memenuhi janjinya setelah dua kawan lainnya menukar janjinya dengan hal lain, saya terus melangkah. Bagi saya pantang untuk tak memenuhi apa yang telah menjadi kesepakatan awal. Padahal bisa saja saya beralasan untuk tak datang karna tepat hari itu Ahad 09 maret 2014 sepupu saya melangsungkan pernikahan tapi saya kepalang janji, janji pada diri saya sendiri juga janji pada rasa ingin yang harus saya tuntaskan.


Menggila with 'Adik Tiri' :)


Mejeng sebelum pulaaaaannnggg.....

Sebelumnya beberapa hari sebelum tanggal yang ditentukan seorang kawanpun mengabarkan bahwa dia tak bisa datang. Ada hal lain yang jauh lebih hebat dan lebih keren dari sekedar pameran buku. Oke tak apa-apa. Karna sendiripun saya bisa.
Sebenarnya saya tak mempermasalahkan urusan mereka yang lebih penting itu. Apa hak saya melalukan itu? Tak ada dan tak akan pernah ada. Saya kadang hanya menginginkan bertemu, berkumpul, bercerita atau apalah dengan mereka yang jarang saya temui di dunia nyata. Mungkin keinginan itu hanya saya saja yang merasakannya. Mungkin.
Bagi saya kawan adalah kawan, yang biarpun dia telah menukar janjinya dengan yang lain saya masih menganggapnya sebagai kawan meski tak jarang saya merasa sedikit kecewa tapi itu sudah biasa. Saya telah terbiasa berurusan dengan kata Janji. Dan sekarang saya berkeyakinan bahwa janji itu tak harus ditepati. Ini salah satu bentuk protes saya pada siapapun atau apapun yang telah menjanjikan saya akan sesuatu tapi hasil akhirnya tak lebih dari lelucon yang tak jelas. Saya kesal? Ya. Terlebih pada diri saya sendiri yang tak bisa melakukan hal yang mereka lakukan. Menukar kesepakatan yang telah disepakati.

ketemu kak Adaw 'n kak Aree...

Buku dan sesuatu yang kusebut Semangat
IBF tuh buat saya bukan hanya sebatas pameran buku dengan diskon gila yang bikin ngeces. Tapi lebih dari itu. IBF buat saya adalah sebuah agen penyemangat, agen motivator, agen mimpi atau entah apalagi saya menyebutnya. Entah mulai dari kapan saya selalu seperti mendapatkan suntikan semangat baru selepas mengunjungi IBF. Tak hanya IBF tapi Book Fair apapun.
Bertemu dengan orang-orang hebat, mendengar mereka berbagi pengalaman, atau ikutan ngantri minta tanda tangan plus photo bareng adalah sesuatu yang langka menurut versi saya. Selalu ada letupan-letupan yang entah apa didalam diri yang membuat khayal saya semakin liar tak terkendali, kapan saya seperti mereka? J

Selalu ada yang harus saya dapatkan dan bawa pulang. Selain suntikan semangat baru dan otak yang terasa lebih segar dari sebelumnya, buku  baru adalah hal yang saya wajibkan yang harus saya bawa pulang, dan IBF kali ini benar-benar menguras honor sebulan saya. Hehehehe.
Apakah ini termasuk hal buruk jika saya terlalu bernafsu menbawa pulang buku-buku yang saya mau? Ahh… saya rasa tidak. Selama saya tak menyusahkan orang lain. Semoga saya masih terus diberi kesempatan untuk berjumpa dengan IBF kembali.

Mejeng bareng Bang Ahmad Fuadi :D

…pena kadang bisa lebih tajam dari sebuah peluru.
*Ahmad Fuadi, penulis trilogi Negeri 5 menara


Hasil 'menjarah' di IBF 2014 :D

>> Terimakasih untuk Ahmad Fuadi yang telah berbagi cerita, juga TereLiye yang telah menjawab tuntas rasa penasaran saya akan sosok dibalik Novel-novel hebat yang telah dilahirkannya.
Terimakasih untuk percakapan yang sepatah dua patah katanya.
Terimakasih juga buat adik tiri yang udah mau datang nemenin dan kali ini jadi juru photo. hehehe.




@kichigai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar