Udah ampir seminggu tapi baru sempet
ngepost sepenggal cerita tentang sebuah keinginan yang keterlaluan dan acara
yang luar biasa hebat yang sayang sekali untuk dilewatkan begitu saja. Ini
tentang hari terakhir IBF 2014. Dan saya
akan bercerita tentang itu. Tentang hal tak penting yang akan tetap tak akan
menjadi penting meski buat saya itu adalah sesuatu yang sangat hebat. Abaikanlah.
Pagi dengan hujan di kota Hujan
Subhanallah, apakah ini yang dinamakan
keinginan? Ya. Keiginan yang sangat besar terhadap sesuatu, keinginan yang
telah direncanakan dan ditata sedemikian rapi dari jauh-jauh hari agar
terlaksana dan dengan izin Alloh, pemilik semesta raya keinginan itu dapat
terwujud dan terlaksana meski jalannya tak seperti rencana tapi setidaknya ini
adalah satu dari sekian banyaknya bukti cinta Alloh pada saya. Keinginan itu
mungkin bagi sebagian orang dianggap sepele tapi bagi saya itu adalah sesuatu
yang sangat saya tunggu-tunggu. Keinginan itu adalah mengunjungi hari terakhir Islamic
Book Fair 2014 di istora senayan, GBK. Hehehe.
Jika manusia hanya mampu berencana maka
Tuhanlah yang memiliki ketetapan yang pasti. Pagi itu Ahad 09 Maret 2014 tepat
hari terakhir Islamic Book Fair 2014 saya berencana berangkat pagi dari kota
hujan tempat kediaman teteh, setelah sehari sebelumnya saya diributkan oleh
masalah tak penting yang memaksa saya untuk berada disana. Sepagian itu
gerimis manis tak kunjung reda dari selepas subuh, entah hanya di sekitaran
tempat tinggal teteh saya atau seluruh kota hujan. Entahlah. Maka perjalanan ke
IBF pun terpaksa saya tunda satu jam dari rencana semula, tapi karna saya
kepalang tak sabar maka bersama ponakan yang baik hati saya berangkat ke
terminal setelah sebelumnya mengeluarkan jurus jitu merayu memaksa minta
anter.
Hujan bukan penghalang untuk menumbangkan
keinginan yang telah saya pupuk lama. Hujan bukan pula alasan untuk menunda
melakukan hal-hal yang bermanfaat. Hujan itu anugrah. Kenapa mesti dikambing
hitamkan? Apa karena dia selalu datang keroyokan? J
Kawan, sesuatu itu
masih saya sebut Janji
Sebelumnya beberapa hari sebelum tanggal yang ditentukan seorang kawanpun mengabarkan bahwa dia tak bisa datang. Ada hal lain yang jauh lebih hebat dan lebih keren dari sekedar pameran buku. Oke tak apa-apa. Karna sendiripun saya bisa.
Pagi sebelum berangkat hp saya berbunyi
pertanda ada sms masuk. Ya. Sms dari seorang kawan yang memberi kabar bahwa dia
tak bisa datang ke IBF seperti kesepakatan jauh-jauh hari lalu. Ada urusan yang
lebih penting dari sekedar mengunjungi pameran buku mungkin. Biarlah.
Sebagai manusia yang mencoba normal
rasa kecewa itu sedikit ada tapi mau apalagi toh dia sudah bilang tak bisa
datang karna ada hal lain. Oke tak apa. masih ada kawan lain yang memenuhi
janjinya setelah dua kawan lainnya menukar janjinya dengan hal lain,
saya terus melangkah. Bagi saya pantang untuk tak memenuhi apa yang telah
menjadi kesepakatan awal. Padahal bisa saja saya beralasan untuk tak datang
karna tepat hari itu Ahad 09 maret 2014 sepupu saya melangsungkan pernikahan
tapi saya kepalang janji, janji pada diri saya sendiri juga janji pada rasa
ingin yang harus saya tuntaskan.
Sebelumnya beberapa hari sebelum tanggal yang ditentukan seorang kawanpun mengabarkan bahwa dia tak bisa datang. Ada hal lain yang jauh lebih hebat dan lebih keren dari sekedar pameran buku. Oke tak apa-apa. Karna sendiripun saya bisa.
Sebenarnya saya tak mempermasalahkan urusan
mereka yang lebih penting itu. Apa hak saya melalukan itu? Tak ada dan tak akan
pernah ada. Saya kadang hanya menginginkan bertemu, berkumpul, bercerita atau
apalah dengan mereka yang jarang saya temui di dunia nyata. Mungkin keinginan
itu hanya saya saja yang merasakannya. Mungkin.
Bagi saya kawan adalah kawan, yang biarpun
dia telah menukar janjinya dengan yang lain saya masih menganggapnya sebagai
kawan meski tak jarang saya merasa sedikit kecewa tapi itu sudah biasa. Saya
telah terbiasa berurusan dengan kata Janji. Dan sekarang saya berkeyakinan
bahwa janji itu tak harus ditepati. Ini salah satu bentuk protes saya pada
siapapun atau apapun yang telah menjanjikan saya akan sesuatu tapi hasil
akhirnya tak lebih dari lelucon yang tak jelas. Saya kesal? Ya. Terlebih pada
diri saya sendiri yang tak bisa melakukan hal yang mereka lakukan. Menukar
kesepakatan yang telah disepakati.
Buku
dan sesuatu yang kusebut Semangat
IBF tuh buat saya bukan hanya sebatas
pameran buku dengan diskon gila yang bikin ngeces. Tapi lebih dari itu. IBF
buat saya adalah sebuah agen penyemangat, agen motivator, agen mimpi atau entah
apalagi saya menyebutnya. Entah mulai dari kapan saya selalu seperti
mendapatkan suntikan semangat baru selepas mengunjungi IBF. Tak hanya IBF tapi
Book Fair apapun.
Bertemu dengan orang-orang hebat, mendengar
mereka berbagi pengalaman, atau ikutan ngantri minta tanda tangan plus photo
bareng adalah sesuatu yang langka menurut versi saya. Selalu ada
letupan-letupan yang entah apa didalam diri yang membuat khayal saya semakin
liar tak terkendali, kapan saya seperti mereka? J
Selalu ada yang harus saya dapatkan dan
bawa pulang. Selain suntikan semangat baru dan otak yang terasa lebih segar
dari sebelumnya, buku baru adalah hal
yang saya wajibkan yang harus saya bawa pulang, dan IBF kali ini benar-benar
menguras honor sebulan saya. Hehehehe.
Apakah ini termasuk hal buruk jika saya
terlalu bernafsu menbawa pulang buku-buku yang saya mau? Ahh… saya rasa tidak.
Selama saya tak menyusahkan orang lain. Semoga saya masih terus diberi
kesempatan untuk berjumpa dengan IBF kembali.
…pena kadang bisa lebih tajam dari sebuah
peluru.
*Ahmad Fuadi, penulis trilogi Negeri 5 menara
*Ahmad Fuadi, penulis trilogi Negeri 5 menara
>> Terimakasih untuk Ahmad Fuadi yang
telah berbagi cerita, juga TereLiye yang telah menjawab tuntas rasa penasaran
saya akan sosok dibalik Novel-novel hebat yang telah dilahirkannya.
Terimakasih untuk percakapan yang sepatah
dua patah katanya.
@kichigai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar